BAB
1
A.
LATAR BELAKANG
Pendidikan
memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Oleh karena itu pendidikan hendaknya dikelola, baik secara kualitas
maupun kuantitas. Hal tersebut dapat dilihat pada prestasi belajar siswa.
Selama
ini pencapaian prestasi belajar khususnya di bidang matematika mengalami
penurunan. Setidaknya tercermin hasil tes dari Trends in Mathematics and
Science Study (TIMSS) yang diikuti siswa kelas VIII Indonesia tahun 2011.
Penilaian yang dilakukan International Association for the Evaluation of Educational
Achievement Study Center Boston College tersebut, diikuti 600.000 siswa dari 63
negara. Untuk bidang matematika, Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor
386 dari 42 negara yang siswanya di tes. Skor Indonesia ini turun 11 poin dari
penilaian tahun 2007. Menurut Wono Setyabudhi, “Pembelajaran matematika di
Indonesia memang masih menekankan menghafal rumus-rumus dan menghitung. Bahkan,
guru pun otoriter dengan keyakinannya pada rumus-rumus atau pengetahuan
matematika yang sudah ada” (Kompas, 14/12/12).
Menurut
Mendikbud Mohammad Nuh, Ujian Nasional (UN) sekolah menengah pertama (SMP)
tahun 2011/2012 yang diikuti 3.697.865 siswa, yang tidak lulus berjumlah 666
siswa. Ketidaklulusan terbesar ada di mata pelajaran matematika (229 siswa),
Bahasa Inggris (191 siswa), Bahasa Indonesia (143 siswa), dan Ilmu Pendidikan
Alam (103 siswa). Membuktikan bahwa matematika dianggap sebagai sesuatu yang
sangat menakutkan bagi siswa-siswa Indonesia.
Oleh
sebab itu, maka pembelajaran harus dibuat menjadi semakin manarik agar siswa
semakin tertarik dalam pembelajaran. Untuk membuat pembelajaran dibutuhkan
media media yang pas untuk membuat pembelajaran lebih menarik, seperti
penggunaan Ms. Power Point, flash player dan lain lain. Dengan media media
tersebut pembelajaran akan semakin menarik dan membuat siswa semangat dalam belajar.
Bukan tidak mungkin dengan penggunaan media media tersebutdapat meningkatkan
nilai siswa baik dalam ulangan maupun
saat Ujian Nasional (UN).
Sebagai bagian penting dalam proses pembelajaran media
pembelajaran memegang peranan yang dominan dalam proses penyampaian pesan
materi pembelajaran dari guru kepada siswa. Terdapat beberapa landasan teoritis
yang mendasari penggunaan media dalam proses pembelajaran yaitu:
1. Landasan
Filosofis
Daryanto (2010:12) memaparkan
landasan filosofis penggunaan media pembelajaran yaitu bahwa dengan
digunakannya berbagai jenis media hasil teknologi baru di dalam kelas, akan
berakibat proses pembelajaran yang kurang manusiawi.
Dengan kata lain, penerapan
teknologi dalam pembelajaran akan terjadi dehumanisasi. Bukankan dengan adanya
berbagai media pembelajaran justru siswa dapat mempunyai banyak pilihan media
pembelajaran untuk digunakan dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik pribadinya. Dengan kata lain siswa sangat dihargai harkat
kemanusiaanya diberi kebebasan untuk menentukan pilhan, baik cara maupun alat
belajar sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, penerapan teknologi tidak
berarti dehumanisasi. Sebenarnya perbedaan pendapat tersebut tidak perlu
muncul, yang penting bagaimana pandangan guru terhadap siswa dalam proses
pembelajaran. Jika guru menganggap siswa sebagai anak manusia yang memiliki
keprbadian, harga diri, motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi yang berbeda
dengan yang lain, maka baik menggunakan media hasil teknologi baru atau tidak,
proses pembelajaran yang dilakukan akan tetap menggunakan pendekatan
humanis.
2. Landasan
Psikologis
Belajar adalah proses yang kompleks
dan unik; artinya, sesorang yang belajar melibatkan segala aspek
kepribadiannya, baik fisik maupun mental. Keterlibatan dari semua aspek
kepribadian ini akan nampak dari perilaku belajar orang itu. Perilaku belajar
yang nampak adalah unik; artinya perilaku itu hanya terjadi pada orang itu dan
tidak pada orang lain. Setiap orang memunculkan perilaku belajar yang berbeda.
Keunikan perilaku belajar ini
disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik yang menentukan perilaku
belajar, seperti: gaya belajar (visual vs auditif), gaya kognitif (field
independent vs field dependent ), bakat, minat, tingkat kecerdasan, kematangan
intelektual, dan lainnya yang bisa diacukan pada karakteristik individual
siswa. Perilaku belajar siswa yang kompleks dan unik ini menuntut layanan dan
perlakuan pembelajaran yang kompleks dan unik pula untuk setiap siswa. Komponen
pembelajaran yang bertanggungjawab untuk menangani masalah ini adalah strategi
penyampaian pembelajaran, lebih khususlagi media pembelajaran. Strategi (media)
pembelajaran haruslah dipilih sesuai dengan karakteristik individual siswa. Ia
sedapat mungkin harus memberikan layanan pada setiap siswa sesuai dengan
karakteristik belajarnya. Umpamanya, siswa yang memiliki gaya belajar visual
harus mendapatkan rangsangan belajar visual, seperti halnya siswa yang memiliki
gaya auditif harus mendapatkan rangsangan belajar auditif.
Pada kenyataannya, gaya pembelajaran
yang sudah kami telah hanya kebanyakan hanya pembelajaran statis atau bersifat
ceramah. Siswa hanya disuruh mendengarkan tanpa adanya timbal balik argumen
dari siswa. Itu membuat siswa cenderung tidak aktif dan malas.
Dari hasil pengamatan kami,
sebenarnya banyak juga pengajar yang sudah memanfaatkan media belajar. Tetapi
masih terlalu statis dan tidak menarik. Kebanyakan guru masih belum paham cara
membuat media belajar yang menarik yang dapat meningkatkan minat siswa. Maka
dari itu sangat dianjurkan untu tenaga pengajar masa kini untuk menguasai cara
pembuatan media pembelajaran yang menarik yang dapat meningkatan minat belajar
siswa.
Gagne
(1970) menyatakan bahwa media
pendidikan adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan mahasiswa yang dapat
merangsang mahasiswa untuk belajar. Sedangkan Briggs (1970) menyatakan bahwa media belajar adalah sarana untuk
memberikan perangsang bagi si pembelajar supaya proses belajar terjadi. Dengan
teori teori tersebut dapat dikatakan bahwa media belajar adalah suatu alat atau
perangkat yang digunakan untuk mempermudah pembelajaran.
Dan yang terjadi didunia pendidikan
Indonesia pada umumnya dan di Banjarmasin khususnya masih banyak guru yang
belum mengerti cara menggunakan media belajar yang interaktif guna meningkatkan
semangat belajar siswa. Yang membuat siswa lekas bosan dalam belajar dan
tentunya berdampak juga pada nilai mereka. Dengan kata lain penggunaan media
belajar interaktif dapat meningkatkan efektifitas dalam belajar sehingga siswa
dapat memahami dengan mudah. Apabila sudah memahami pelajaran maka mereka akan
dengan mudah mendapatkan nilai yang bagus. Media belajar sangat berperan
penting bagi kelangsungan belajar siswa.
Maka dari itu diperlukan pelatihan
bimbingan kepada guru agar dapat membuat media belajar yang baik dan menarik.
Dengan begitu akan bermunculan ide ide inovatif dalam pembelajaran. Semua itu
adalah peran Teknologi Pendidikan dalam meralisasikannya. Dengan adanya
Teknologi Pendidikan, akan diajarkan cara mengembangkan pembelajaran berbasis
teknologi yang tentunya sangat menarik minat siswa dalam belajar.
B. RUMUSAN MASALAH
1.1 Apa itu Pembelajaran ?
1.2 Apa itu Inovatif ?
1.3 Apa saja prinsip prinsip
pembelajaran inovatif
1.4 Bagaimana penerapan Pembelajaran
Inovatif ?
1.5 Mengapa pembelajaran inovatif itu
penting ?
D. TUJUAN
1. untuk mengetahui apa itu
pembelajaran inovatif
2. untuk mengetahui bagaimana
penerapan pembelajaran inovatif
3. untuk mengetahui apa saja prinsip
pembelajaran inovatif
4. untuk mengetaui seberapa penting
pembelajaran inovatif bagi siswa
E. MANFAAT
1. Penulis dan pembaca dapat
mengetahui apa itu pembelajaran inovatif
2. Penulis dan pembaca dapat
mengetahui bagaimana penerapan pembelajaran inovatif
3. Penulis dan
pembaca dapat mengetahui apa saja prinsip pembelajran inovatif
4. Penulis
dan pembaca dapat mengetahui seberapa penting pembelajaran inovatif bagi siswa
BAB
2
PEMBAHASAN
Pengertian
Pembelajaran inovatif adalah
pembelajaran yang lebih bersifat student centered. Artinya, pembelajaran yang
lebih memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan secara
mandiri (self directed) dan dimediasi oleh teman sebaya (peer mediated
instruction). Pembelajaran inovatif mendasarkan diri pada paradigma
konstruktivistik. Pembelajaran inovatif biasanya berlandaskan
paradigma konstruktivistik membantu siswa untuk menginternalisasi, membentuk
kembali, atau mentransformasi informasi baru
. Terkait dengan desain
pembelajaran, peran guru adalah mengkreasi dan memahami model-model
pembelajaran inovatif. Gunter et al (1990:67) mendefinisikan an instructional
model is a step-by-step procedure that leads to specific learning outcomes.
Joyce & Weil (1980) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka
konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan
demikian, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar. Jadi model pembelajaran cenderung preskriptif, yang
relatif sulit dibedakan dengan strategi pembelajaran.
Transformasi terjadi melalui kreasi
pemahaman baru (Gardner, 1991) yang merupakan hasil dari munculnya struktur
kognitif baru. Pemahaman yang mendalam terjadi ketika hadirnya informasi baru
yang mendorong munculnya atau menaikkan struktur kognitif yang memungkinkan
para siswa memikirkan kembali ide-ide mereka sebelumnya. Dalam seting kelas
konstruktivistik, para siswa bertanggung jawab terhadap belajarannya, menjadi
pemikir yang otonom, mengembangkan konsep terintegrasi, mengembangkan
pertanyaan yang menantang, dan menemukan jawabannya secara mandiri (Brook &
Brook, 1993; Duit, 1996; Savery & Duffy, 1996). Tujuh nilai utama
konstruktivisme, yaitu: kolaborasi, otonomi individu, generativitas,
reflektivitas, keaktifan, relevansi diri, dan pluralisme. Nilai-nilai tersebut
menyediakan peluang kepada siswa dalam pencapaian pemahaman secara mendalam.
Setting pengajaran konstruktivistik
yang mendorong konstruksi pengetahuan secara aktif memiliki beberapa ciri: (1)
menyediakan peluang kepada siswa belajar dari tujuan yang ditetapkan dan
mengembangkan ide-ide secara lebih luas; (2) mendukung kemandirian siswa
belajar dan berdiskusi, membuat hubungan, merumuskan kembali ide-ide, dan
menarik kesimpulan sendiri; (3) sharing dengan siswa mengenai pentingnya pesan
bahwa dunia adalah tempat yang kompleks di mana terdapat pandangan yang multi
dan kebenaran sering merupakan hasil interpretasi; (4) menempatkan pembelajaran
berpusat pada siswa dan penilaian yang mampu mencerminkan berpikir divergen
siswa.
Urutan-urutan mengajar
konstruktivistik melibatkan suatu periode di mana pengetahuan awal para siswa
didiskusikan secara eksplisit. Dalam diskusi kelas yang menyerupai negosiasi,
guru memperkenalkan konsepsi untuk dipelajari dan mengembangkannya. Strategi
konflik kognitif cenderung memainkan peranan utama ketika pengetahuan awal para
siswa diperbandingkan dengan konsepsi yang diperlihatkan oleh guru.Untuk maksud
tersebut, pemberdayaan pengetahuan awal para siswa sebelum pembelajaran adalah
salah satu langkah yang efektif dalam pembelajaran konstruktivistik.
Secara lebih spesifik, peranan guru
dalam pembelajaran adalah sebagai expert learners, sebagai manager, dan sebagai
mediator.Sebagai expert learners, guru diharapkan memiliki pemahaman mendalam
tentang materi pembelajaran, menyediakan waktu yang cukup untuk siswa,
menyediakan masalah dan alternatif solusi, memonitor proses belajar dan
pembelajaran, merubah strategi ketika siswa sulit mencapai tujuan, berusaha
mencapai tujuan kognitif, metakognitif, afektif, dan psikomotor siswa.
Sebagai manager, guru berkewajiban
memonitor hasil belajar para siswa dan masalahmasalah yang dihadapi mereka,
memonitor disiplin kelas dan hubungan interpersonal, dan memonitor ketepatan
penggunaan waktu dalam menyelesaikan tugas. Dalam hal ini, guru berperan
sebagai expert teacher yang memberi keputusan mengenai isi, menseleksi
prosesproses kognitif untuk mengaktifkan pengetahuan awal dan pengelompokan
siswa.
Sebagai mediator, guru memandu
mengetengahi antar siswa, membantu para siswa memformulasikan pertanyaan atau
mengkonstruksi representasi visual dari suatu masalah, memandu para siswa
mengembangkan sikap positif terhadap belajar, pemusatan perhatian, mengaitkan
informasi baru dengan pengetahuan awal, dan menjelaskan bagaimana mengaitkan
gagasan-gagasan para siswa, pemodelan proses berpikir dengan menunjukkan kepada
siswa ikut berpikir kritis.
Terkait dengan desain pembelajaran,
peran guru adalah mengkreasi dan memahami model-model pembelajaran inovatif.
Gunter et al (1990:67) mendefinisikan an instructional model is a step-by-step
procedure that leads to specific learning outcomes. Joyce & Weil (1980)
mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model
pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Jadi model pembelajaran cenderung preskriptif, yang relatif sulit dibedakan
dengan strategi pembelajaran.
Selain memperhatikan rasional
teoretik, tujuan, dan hasil yang ingin dicapai, model pembelajaran memiliki
lima unsur dasar (Joyce & Weil (1980), yaitu
(1)
syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran,
(2)
social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran,
(3)
principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang,
memperlakukan, dan merespon siswa,
(4)
support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang
mendukung pembelajaran, dan
(5)
instructional dan nurturant effects—hasil belajar yang diperoleh langsung
berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effects) dan hasil belajar di
luar yang disasar (nurturant effects).
Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Kreatif, Evektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) adalah merupakan salah satu
pendekatan dalam pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan multi metode,
multi media dan melibatkan multi aspek (logika, praktika, estetika, dan etika).
Oleh sebab itu dalam proses pembelajarannya dapat memanfaatkan lingkungan
sekitar, sehingga proses pembelajarannya tidak hanya dilakukan di dalam kelas
melainkan dapat juga di luar kelas (Depdiknas: 2006).
Dalam praktiknya proses pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan PAIKEM mengacu kepada prinsip “joyful
learning, mastery learning, quantum learning, empowering dan continuous
improvement”. Untuk mencapai prinsip tersebut guru harus mendesain proses
pembelajarannya mengacu kepada kebutuhan pelanggan. Fungsi guru dalam
pembelajaran menganut sistem “Tut wuri handayani, Ing madya mangun karso,
Ing ngarso sung tulodo”.
Dengan prinsip joyful learning guru
harus mampu mengemas proses pembelajaran semenarik mungkin bagi para siswanya,
sehingga siswa selalu bergairah dalam mengikuti pembelajaran yang disampaikan
oleh gurunya. Prinsip mastery learning, menuntut guru sedini
mungkin mengetahui sudah sejauh mana siswa telah menguasai kompetensi dasar
yang diajarkan. Dengan kata lain siswa dituntut untuk mencapai ketuntasan
belajar. Oleh sebab itu jika dalam situasi tertentu siswa belum mencapai
standar ketuntasan belajar yang telah ditetapkan oleh sekolah, maka guru harus
segera melakukan tindak lanjut, yaitu melakukan kegiatan remidial
Prinsip
pembelajaran inovatif
Beberapa prinsip pembelajaran inovatif:
- Berpusat Pada Siswa
- Berbasis Masalah
- Terintegrasi
- Berbasis Masyarakat
- Memberikan Pilihan
- Tersistem
- Berkelanjutan
Model-model
Pembelajaran Inovatif
A. Model
Pembelajaran Kontekstual
1) Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognisi siswa berdasarkan pengalaman.Menurut konstruktivisme,pengalaman itu memang bersala dari luar,akan tetapi dikontruksi oleh dan dari dalam diri seseorang.
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognisi siswa berdasarkan pengalaman.Menurut konstruktivisme,pengalaman itu memang bersala dari luar,akan tetapi dikontruksi oleh dan dari dalam diri seseorang.
2) Inkuiri
Asas kedua dalam pembelajaran kontekstual adalah inkuiri.Artinya,proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat,akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri.
Asas kedua dalam pembelajaran kontekstual adalah inkuiri.Artinya,proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat,akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri.
3) Bertanya
Dalam proses pembelajaran CTL guru tidak menyampaikan informasi begitu saja,akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri.Karena itu peran bertanya sangat penting,sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbng dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.
Dalam proses pembelajaran CTL guru tidak menyampaikan informasi begitu saja,akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri.Karena itu peran bertanya sangat penting,sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbng dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.
4)
Masyarakat belajar
Dalam CTL penerapan masyarakat
belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok
belajar.Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen
baik dilihat dari kemampuan belajar dan kecepatan belajarnya.
5) Pemodelan
Yang dimaksud dengan asas pemodelan, adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
Yang dimaksud dengan asas pemodelan, adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
6) Refleksi
Melalui refleksi pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognisi siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang telah dibentuknya.
Melalui refleksi pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognisi siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang telah dibentuknya.
7)
Penilaian nyata
Penilaian
nyata (authentic assesement ) adalah proses yang dilakukan guru untuk
mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa.
Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau
tidak.apakah pengetahuan belajar siswa mempunyai pengaruh yang positif terhadap
perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.
B. Model Pembelajaran
Kooperatif
Menurut Kagan (1994) pembelajaran
kooperatif adalah strategi pengajaran yang sukses di mana tim kecil,
masing-masing dengan siswa dari tingkat kemampuan yang berbeda, menggunakan
berbagai aktivitas belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang suatu
subjek. Setiap anggota tim bertanggung jawab tidak hanya untuk belajar apa yang
diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan belajar, sehingga menciptakan
suasana prestasi bersama-sama.
Pembelajaran
kooperatif di desain sebagai pola pembelajaran yang dibangun oleh lima elemen penting
sebagai prasyarat, sebagai berikut:
1)
Saling ketergantungan secara positif (Positive Interdependence).
Bahwasanya setiap anggota tim saling membutuhkan untuk sukses.
2)
Interaksi langsung (Face-to-Face Interaction). Memberikan kesempatan
kepada siswa secara individual untuk saling membantu dalam memecahkan masalah,
memberikan umpan balik yang diperlukan antar anggota untuk semua individu, dan
mewujudkan rasa hormat, perhatian, dan dorongan di antara individu-individu
sehinga mereka termotivasi untuk terus bekerja pada tugas yang dihadapi.
3)
Tanggung jawab individu dan kelompok (Individual & Group
Accountability). Bahwasanya tujuan belajar bersama adalah untuk menguatkan
kemampuan akademis siswa, sehingga kontribusi siswa harus adil.
4)
Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil (Interpersonal &
small-Group Skills). Asumsi bahwa siswa akan secara aktif mendengarkan,
menjadi hormat dan perhatian, berkomunikasi secara efektif, dan dapat dipercaya
tidak selalu benar.. Keterampilan sosial harus mengajarkan kepemimpinan,
pengambilan keputusan, membangun kepercayaan, komunikasi, keterampilan
manajemen konflik.
5)
Proses kerja kelompok (group processing). Proses kerja
kelompok memberikan umpan balik kepada anggota kelompok tentang partisipasi
mereka, memberikan kesempatan untuk meningkatkan keterampilan pembelajaran
kolaboratif anggota, membantu untuk mempertahankan hubungan kerja yang baik
antara anggota, dan menyediakan sarana untuk merayakan keberhasilan kelompok.
Metode dalam pembelajaran
kooperatif:
1)
Metode Student Achievement Divisions (STAD)
2)
Metode Jigsaw
3)
Metode Group Investigation (GI)
4)
Metode Struktural
c. Metode Pembelajaran Kuantum
Pembelajaran
kuantum bermakna interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya karena
semua energi adalah kehidupan dan dalam proses pembelajarannya mengandung
keberagaman dan interdeterminisme.
Secara
umum, Quantum Teaching (pembelajaran kuantum) mempunyai karakteristik sebagai
berikut:
1)
Berpangkal pada psikologi kognitif.
2)
Bersifat humanistik, manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatian.
3)
Bersifat konstruktivistis, artinya memadukan, menyinergikan, dan
mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan
lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran.
4)
Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna.
5)
Menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.
6)
Menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran.
7)
Menekankan kebermaknaan dan dan kebermutuan proses pembelajaran.
8)
Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran.
9)
Menyeimbangkan keterampilan akademis, keterampilan hidup dan prestasi material.
10)
Menanamkan nilai dan keyakinan yang positif dalam diri pembelajar.
11)
Mengutamakan keberagaman dan kebebasan sebagai kunci interaks.
12)
Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses
Prinsip
dasar yang terdapat dalam pembelajaran Quantum adalah:
1)
Bawalah dunia mereka (siswa) ke dalam dunia kita (guru), dan antarkan dunia
kita (guru ke dalam dunia mereka (siswa).
2)
Proses pembelajaran bagaikan orkestra simfoni, yang secara spesifik dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a)
Segalanya dari lingkungan.
b)
Segalanya bertujuan.
c)
Pengalaman mendahului pemberian nama.
d)
Akuilah setiap usaha.
3)
Pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan. Ada delapan kunci
keunggulan dalam pembelajaran kuantum yaitu:
a)
terapkan hidup dalam integritas, sehingga akan meningkatkan motivasi belajar.
b)
akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan
c)
berbicaralah dengan niat baik
d)
tegaslah komitmen.
e)
jadilah pemilik, mengandung arti bahwa siswa dan guru memiliki rasa tanggung
jawab sehingga terjadi pembelajaran yang bermakna dan bermutu.
f)
tetaplah lentur.
g)
Pertahankan keseimbangan
d.
Model Pembelajaran Terpadu
Prinsip-prinsip
pembelajaran terpadu antara lain:
1)
Prinsip penggalian tema
a)
Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan memadukan
banyak bidang studi.
b)
Tema harus bermakna artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus
memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya.
c)
Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak
d)
Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak
e)
Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan penstiwa-peristiwa otentik yang
terjadi dalam rentang waktu belajar
f)
Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku, serta
harapan dari masyarakat
g)
Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
2)
Prinsip pelaksanaan terpadu:
a)
guru hendaknya jangan menjadi “single actor “ yang mendominasi pembicaraan
dalam proses belajar mengajar
b)
pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap
tugas yang menuntut adanya kerjasarna kelompok
c)
guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak
terpikirkan dalam proses perencanaan.
3)
Prinsip evaluatif adalah :
a)
memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk
evaluasi lainnya
b)
guru perlu mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah
dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang telah
disepakati dalam kontrak.
3)
Prinsip reaksi, dampak pengiring (nuturan efek) yang penting bagi
perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar
mengajar. Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru
harus bereaksi terhadap reaksi siswa dalam semua “event“ yang tidak diarahkan
ke aspek yang sempit tetapi ke suatu kesatuan utuh dan bermakna.
e.
Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
merupakan metode pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal
dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Metode ini juga
berfokus pada keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Peserta
didik tidak lagi diberikan materi belajar secara satu arah seperti pada metode
pembelajaran konvensional. Dengan metode ini, diharapkan peserta didik dapat
mengembangkan pengetahuan mereka secara mandiri. PBL juga memberi kesempatan
peserta didik untuk mempelajari teori melalui praktek. Peserta didik bukan
hanya perlu mencari konklusi tetapi juga perlu menganalisis data.
Dalam melaksanakan proses
pembelajaran PBM ini, Bridges (1992) dan Charlin (1998) telah menggariskan
beberapa ciri-ciri utama seperti berikut:
1)
Pembelajaran berpusat dengan masalah.
2)
Masalah yang digunakan merupakan masalah dunia sebenarnya yang mungkin akan
dihadapi oleh siswa dalam kerja profesional mereka di masa depan.
3)
Pengetahuan yang diharapkan dicapai oleh siswa saat proses pembelajaran disusun
berdasarkan masalah.
4)
Para siswa bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran mereka sendiri.
5)
Siswa aktif dengan proses bersama.
6)
Pengetahuan menyokong pengetahuan yang baru.
7)
Pengetahuan diperoleh dalam konteks yang bermakna.
8)
Siswa berpeluang untuk meningkatkan serta mengorganisasikan pengetahuan.
9)
Kebanyakan pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok kecil.
3.
Aplikasi Model Kuantum dalam Penyampaian Materi Pembelajaran
Contoh
skenario TANDUR Model Pembelajaran Kuantum
Tema
: Pelajaran IPS materi negara-negara Asia Tenggara
a.
Kegiatan Pendahuluan
1)
Melakukan apersepsi dengan menyajikan peta Asia Tenggara
2)
Menunjukkan letak dan nama Negara-negara di Asia Tenggara
3)
Pertanyaan tentang negara-negara di Asia Tenggara
4)
Penjelasan tentang tujuan dan cara pembelajaran yang akan dilaksanakan
b.
Kegiatan Inti
1)
Penugasan kepada siswa untuk membaca tentang identitas negara-negara di Asia
Tenggara (misal: ibu kota, lagu kebangsaan, bendera, dan lain-lain)
2)
Demonstrasi tentang negara-negara di Asia Tenggara menggunakan gambar visual
oleh guru.
3)
Beberapa siswa mencoba memberikan contoh dan menyebutkan identitas
negara-negara di Asia Tenggara.
4)
Pemberian tugas secara kelompok kepada siswa melakukan analisis negara-negara
di Asia Tenggara.
5)
Presentasi hasil tugas siswa secara bergantian dalam diskusi kelas.
6)
Penyampaian tanggapan oleh kelompok lain.
c.
Kegiatan Penutup
1)
Penyampaian tanggapan, penguatan dan perayaan terhadap hasil kerja siswa.
2)
Post test berupa tugas analisis data geografis negara-negara di Asia Tenggara
baik berupa perorangan maupun kelompok.
4.
Kelebihan dan Kekurangan Model-model Pembelajaran Inovatif
a.
Model Pembelajaran Kontekstual
1)
Kelebihan
a)
Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk
dapat menagkap hubungan
antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata.
b)
Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut
aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa
dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri.
2)
Kekurangan
a) Guru
lebih intensif dalam membimbing karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas
guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang
bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi
siswa.
b)
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide – ide dan mengajak siswa agar
dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi
– strategi mereka sendiri untuk belajar.
b.
Model Pembelajaran Kooperatif
1)
Kelebihan
a)
Saling ketergantungan yang positif
b)
Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu
c)
Siswa dilibatkan daiam perencanaan dan pengelolaan kelas
d) Suasana
kelas yang rileks dan menyenanakan
e) Terjalinnya
hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru
f)
Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.
2)
Kekurangan
a)
Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikran dan waktu
b)
Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan
fasilitas, alat dan biaya yang
cukup memadai
c)
Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik
permasalahan yang sedang dibahas
meluas.
d) Saat
diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang,
c.
Model Pembelajaran Kuantum
1)
Kelebihan
a)
Membiasakan siswa untuk melatih aktivitas kreatifnya sehingga siswa dapat menciptakan suatu produk kreatif yang dapat
bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.
b)
Emosi sangat diperlukan untuk menciptakan motivasi belajar yang tinggi.
c)
Suasana yang diciptakan kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif,
dan saling menghargai
d) Setiap
pedapat siswa sangat dihargai
e)
Proses belajarnya berjalan sangat komunikatif
2)
Kekurangan
a)
Penggunaan waktu dalam pembelajaran membutuhkan banyak.
b) Tidak
semua guru dapat menciptakan suasana kondusif,
kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif,
dan saling menghargai
c)
Berlebihan memberi reward pada siswa
d.
Model Pembelajaran Terpadu
1)
Kelebihan
a)
Materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak dengan mudah
memahami sekaligus melakukannya.
b)
Siswa juga dengan mudah dapat mengaitkan hubungan materi pelajaran di mata pelajaran yang satu dengan mata
pelajaran lainnya.
c)
Dengan bekerja dalam kelompok, siswa juga dapat mengembangkan kemampuan belajarnya dalam aspek afektif dan
psikomotorik, selain aspek kognitif.
d)
Pembelajaran terpadu mengakomodir jenis kecerdasan siswa.
e)
Dengan pendekatan pembelajaran terpadu guru dapat dengan mudah menggunakan belajar siswa aktif sebagai metode
pembelajaran.
2)
Kekurangan
a) Aspek
Guru: Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi,
keterampilan metodologis yang
handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi.
b) Aspek
peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta
didik yang relatif “baik”, baik
dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya.
c) Aspek
sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan
bahan bacaan atau sumber informasi yang
cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet.
d) Aspek
kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian
ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan
pada pencapaian target penyampaian materi
e) Aspek
penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang
menyeluruh (komprehensif),
yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan
f)
Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan
mengutamakan salah satu bidang
kajian dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain.
e.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah
1)
Kelebihan
a)
membuat siswa lebih aktif
b)
dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari
c)
menimbulkan ide-ide baru
d) dapat
meningkatkan keakraban dan kerjasama
e)
pembelajaran ini membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan.
2)
Kekurangan
a)
model pembelajaran problem based learning biasa dilakukan secara
berkelompok membuat siswa yang malas
semakin malas
b)
siswa merasa guru tidak pernah menjelaskan karena model pembelajaran ini menuntut
siswa yang lebih aktif
c)
membutuhkan banyak waktu dan pendanaan
d) sangat
memerlukan kemampuan dan keterampilan guru untuk menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya
sesuai dengan tingkat berpikir anak
e)
pembelajaran berdasarkan masalah memerlukan berbagai sumber untuk memecahkan masalah, merupakan kesulitan
tersendiri bagi siswa.
BAB
3
- Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi.
- Inovatif adalah Usaha seseorang
dengan mendayagunakan pemikiran, kemampuan imajinasi, berbagai stimulan, dan
individu yang mengelilinginya dalam menghasilkan produk baru, baik bagi dirinya
sendiri ataupun lingkungannya."
-Pembelajaran Inovatif adalah proses belajar mengajar antar
siswa dan guru dengan cara baru yang unik yang mampu menghasilkan metode
belajar yang lebih efektif dan menyenangkan.
- Beberapa prinsip pembelajaran inovatif:
- Berpusat Pada Siswa
- Berbasis Masalah
- Terintegrasi
- Berbasis Masyarakat
- Memberikan Pilihan
- Tersistem
- Berkelanjutan.
- Model-model
Pembelajaran Inovatif
1) Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognisi siswa berdasarkan pengalaman.
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognisi siswa berdasarkan pengalaman.
2) Inkuiri
Asas kedua dalam pembelajaran kontekstual adalah inkuiri.Artinya,proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.
Asas kedua dalam pembelajaran kontekstual adalah inkuiri.Artinya,proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.
3) Bertanya
Dalam proses pembelajaran CTL guru tidak menyampaikan informasi begitu saja,akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri.
Dalam proses pembelajaran CTL guru tidak menyampaikan informasi begitu saja,akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri.
4)
Masyarakat belajar
Dalam CTL penerapan masyarakat
belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok
belajar.
5) Pemodelan
Yang dimaksud dengan asas pemodelan, adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
Yang dimaksud dengan asas pemodelan, adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
6) Refleksi
Melalui refleksi pengalaman belajar
itu akan dimasukkan dalam struktur kognisi siswa yang pada akhirnya akan
menjadi bagian dari pengetahuan yang telah dibentuknya.
7)
Penilaian nyata
Penilaian nyata (authentic
assesement ) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi
tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa
-
pembelajaran inovatif sangat penting bagi siswa zaman sekarang karna siswa
dizaman sekarang kalau metode belajarnya seperti dizaman dulu akan cepat bosan.
Jadi diperlukan metode belajar yang lebih efektif dan inovatif agar mampu
merangsang minat belajar siswa.
Daftar Pustaka
Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai
Benih Teknologi Pendidian. Rawamangun: Prenada Media grup
Syaefudin Sa’ud Udin.2012. Inovasi Pendidikan Alfabeta: Bandung.
Mudjiono dan Dimyati. 2009. Belajar dan
Pembelajaran. Rineka Cipta.. Jakarta.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Aristha Serenade,
2011. Teori Belajar Dan Model Pembelajaran, http://aristhaserenade.blogspot.co.id/2011/01/teori-belajar-dan-model-pembelajaran.html
Aina Mulyana, 2015.
Model Pembelajaran Inovatif, http://ainamulyana.blogspot.co.id/2015/09/model-model-pembelajaran-inovatif-dan.html
No comments:
Post a Comment