Monday, 24 October 2016

Prinsip Pembelajaran Inovatif



BAB 1
A. LATAR BELAKANG
               
                Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu pendidikan hendaknya dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut dapat dilihat pada prestasi belajar siswa.

                Selama ini pencapaian prestasi belajar khususnya di bidang matematika mengalami penurunan. Setidaknya tercermin hasil tes dari Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS) yang diikuti siswa kelas VIII Indonesia tahun 2011. Penilaian yang dilakukan International Association for the Evaluation of Educational Achievement Study Center Boston College tersebut, diikuti 600.000 siswa dari 63 negara. Untuk bidang matematika, Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya di tes. Skor Indonesia ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007. Menurut Wono Setyabudhi, “Pembelajaran matematika di Indonesia memang masih menekankan menghafal rumus-rumus dan menghitung. Bahkan, guru pun otoriter dengan keyakinannya pada rumus-rumus atau pengetahuan matematika yang sudah ada” (Kompas, 14/12/12).

                Menurut Mendikbud Mohammad Nuh, Ujian Nasional (UN) sekolah menengah pertama (SMP) tahun 2011/2012 yang diikuti 3.697.865 siswa, yang tidak lulus berjumlah 666 siswa. Ketidaklulusan terbesar ada di mata pelajaran matematika (229 siswa), Bahasa Inggris (191 siswa), Bahasa Indonesia (143 siswa), dan Ilmu Pendidikan Alam (103 siswa). Membuktikan bahwa matematika dianggap sebagai sesuatu yang sangat menakutkan bagi siswa-siswa Indonesia.
               
                Oleh sebab itu, maka pembelajaran harus dibuat menjadi semakin manarik agar siswa semakin tertarik dalam pembelajaran. Untuk membuat pembelajaran dibutuhkan media media yang pas untuk membuat pembelajaran lebih menarik, seperti penggunaan Ms. Power Point, flash player dan lain lain. Dengan media media tersebut pembelajaran akan semakin menarik dan membuat siswa semangat dalam belajar. Bukan tidak mungkin dengan penggunaan media media tersebutdapat meningkatkan nilai siswa  baik dalam ulangan maupun saat Ujian Nasional (UN).
           
            Sebagai bagian penting dalam proses pembelajaran media pembelajaran memegang peranan yang dominan dalam proses penyampaian pesan materi pembelajaran dari guru kepada siswa. Terdapat beberapa landasan teoritis yang mendasari penggunaan media dalam proses pembelajaran yaitu:




1. Landasan Filosofis
           

            Daryanto (2010:12) memaparkan landasan filosofis penggunaan media pembelajaran yaitu bahwa dengan digunakannya berbagai jenis media hasil teknologi baru di dalam kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang kurang manusiawi.

           
            Dengan kata lain, penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi dehumanisasi. Bukankan dengan adanya berbagai media pembelajaran justru siswa dapat mempunyai banyak pilihan media pembelajaran untuk digunakan dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pribadinya. Dengan kata lain siswa sangat dihargai harkat kemanusiaanya diberi kebebasan untuk menentukan pilhan, baik cara maupun alat belajar sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, penerapan teknologi tidak berarti dehumanisasi. Sebenarnya perbedaan pendapat tersebut tidak perlu muncul, yang penting bagaimana pandangan guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Jika guru menganggap siswa sebagai anak manusia yang memiliki keprbadian, harga diri, motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang lain, maka baik menggunakan media hasil teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran yang dilakukan akan tetap menggunakan pendekatan
humanis.


2. Landasan Psikologis
           

            Belajar adalah proses yang kompleks dan unik; artinya, sesorang yang belajar melibatkan segala aspek kepribadiannya, baik fisik maupun mental. Keterlibatan dari semua aspek kepribadian ini akan nampak dari perilaku belajar orang itu. Perilaku belajar yang nampak adalah unik; artinya perilaku itu hanya terjadi pada orang itu dan tidak pada orang lain. Setiap orang memunculkan perilaku belajar yang berbeda.

           
            Keunikan perilaku belajar ini disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik yang menentukan perilaku belajar, seperti: gaya belajar (visual vs auditif), gaya kognitif (field independent vs field dependent ), bakat, minat, tingkat kecerdasan, kematangan intelektual, dan lainnya yang bisa diacukan pada karakteristik individual siswa. Perilaku belajar siswa yang kompleks dan unik ini menuntut layanan dan perlakuan pembelajaran yang kompleks dan unik pula untuk setiap siswa. Komponen pembelajaran yang bertanggungjawab untuk menangani masalah ini adalah strategi penyampaian pembelajaran, lebih khususlagi media pembelajaran. Strategi (media) pembelajaran haruslah dipilih sesuai dengan karakteristik individual siswa. Ia sedapat mungkin harus memberikan layanan pada setiap siswa sesuai dengan karakteristik belajarnya. Umpamanya, siswa yang memiliki gaya belajar visual harus mendapatkan rangsangan belajar visual, seperti halnya siswa yang memiliki gaya auditif harus mendapatkan rangsangan belajar auditif.

           
            Pada kenyataannya, gaya pembelajaran yang sudah kami telah hanya kebanyakan hanya pembelajaran statis atau bersifat ceramah. Siswa hanya disuruh mendengarkan tanpa adanya timbal balik argumen dari siswa. Itu membuat siswa cenderung tidak aktif dan malas.
            Dari hasil pengamatan kami, sebenarnya banyak juga pengajar yang sudah memanfaatkan media belajar. Tetapi masih terlalu statis dan tidak menarik. Kebanyakan guru masih belum paham cara membuat media belajar yang menarik yang dapat meningkatkan minat siswa. Maka dari itu sangat dianjurkan untu tenaga pengajar masa kini untuk menguasai cara pembuatan media pembelajaran yang menarik yang dapat meningkatan minat belajar siswa.

           
            Gagne (1970)  menyatakan bahwa media pendidikan adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan mahasiswa yang dapat merangsang mahasiswa untuk belajar. Sedangkan Briggs (1970) menyatakan bahwa media belajar adalah sarana untuk memberikan perangsang bagi si pembelajar supaya proses belajar terjadi. Dengan teori teori tersebut dapat dikatakan bahwa media belajar adalah suatu alat atau perangkat yang digunakan untuk mempermudah pembelajaran.

           
            Dan yang terjadi didunia pendidikan Indonesia pada umumnya dan di Banjarmasin khususnya masih banyak guru yang belum mengerti cara menggunakan media belajar yang interaktif guna meningkatkan semangat belajar siswa. Yang membuat siswa lekas bosan dalam belajar dan tentunya berdampak juga pada nilai mereka. Dengan kata lain penggunaan media belajar interaktif dapat meningkatkan efektifitas dalam belajar sehingga siswa dapat memahami dengan mudah. Apabila sudah memahami pelajaran maka mereka akan dengan mudah mendapatkan nilai yang bagus. Media belajar sangat berperan penting bagi kelangsungan belajar siswa.

           
            Maka dari itu diperlukan pelatihan bimbingan kepada guru agar dapat membuat media belajar yang baik dan menarik. Dengan begitu akan bermunculan ide ide inovatif dalam pembelajaran. Semua itu adalah peran Teknologi Pendidikan dalam meralisasikannya. Dengan adanya Teknologi Pendidikan, akan diajarkan cara mengembangkan pembelajaran berbasis teknologi yang tentunya sangat menarik minat siswa dalam belajar.



 B. RUMUSAN MASALAH

1.1  Apa itu Pembelajaran ?

1.2   Apa itu Inovatif ?

1.3  Apa saja prinsip prinsip pembelajaran inovatif

1.4  Bagaimana penerapan Pembelajaran Inovatif ?

1.5  Mengapa pembelajaran inovatif itu penting ?


D. TUJUAN

1. untuk mengetahui apa itu pembelajaran inovatif

2. untuk mengetahui bagaimana penerapan pembelajaran inovatif

3. untuk mengetahui apa saja prinsip pembelajaran inovatif

4. untuk mengetaui seberapa penting pembelajaran inovatif bagi siswa


E. MANFAAT

1. Penulis dan pembaca dapat mengetahui apa itu pembelajaran inovatif

2. Penulis dan pembaca dapat mengetahui bagaimana penerapan pembelajaran inovatif

3. Penulis dan pembaca dapat mengetahui apa saja prinsip pembelajran inovatif

4. Penulis dan pembaca dapat mengetahui seberapa penting pembelajaran inovatif bagi siswa











BAB 2
PEMBAHASAN
Pengertian
            Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student centered. Artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan dimediasi oleh teman sebaya (peer mediated instruction). Pembelajaran inovatif mendasarkan diri pada paradigma konstruktivistik. Pembelajaran inovatif biasanya berlandaskan paradigma konstruktivistik membantu siswa untuk menginternalisasi, membentuk kembali, atau mentransformasi informasi baru
            . Terkait dengan desain pembelajaran, peran guru adalah mengkreasi dan memahami model-model pembelajaran inovatif. Gunter et al (1990:67) mendefinisikan an instructional model is a step-by-step procedure that leads to specific learning outcomes. Joyce & Weil (1980) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi model pembelajaran cenderung preskriptif, yang relatif sulit dibedakan dengan strategi pembelajaran.
            Transformasi terjadi melalui kreasi pemahaman baru (Gardner, 1991) yang merupakan hasil dari munculnya struktur kognitif baru. Pemahaman yang mendalam terjadi ketika hadirnya informasi baru yang mendorong munculnya atau menaikkan struktur kognitif yang memungkinkan para siswa memikirkan kembali ide-ide mereka sebelumnya. Dalam seting kelas konstruktivistik, para siswa bertanggung jawab terhadap belajarannya, menjadi pemikir yang otonom, mengembangkan konsep terintegrasi, mengembangkan pertanyaan yang menantang, dan menemukan jawabannya secara mandiri (Brook & Brook, 1993; Duit, 1996; Savery & Duffy, 1996). Tujuh nilai utama konstruktivisme, yaitu: kolaborasi, otonomi individu, generativitas, reflektivitas, keaktifan, relevansi diri, dan pluralisme. Nilai-nilai tersebut menyediakan peluang kepada siswa dalam pencapaian pemahaman secara mendalam.
            Setting pengajaran konstruktivistik yang mendorong konstruksi pengetahuan secara aktif memiliki beberapa ciri: (1) menyediakan peluang kepada siswa belajar dari tujuan yang ditetapkan dan mengembangkan ide-ide secara lebih luas; (2) mendukung kemandirian siswa belajar dan berdiskusi, membuat hubungan, merumuskan kembali ide-ide, dan menarik kesimpulan sendiri; (3) sharing dengan siswa mengenai pentingnya pesan bahwa dunia adalah tempat yang kompleks di mana terdapat pandangan yang multi dan kebenaran sering merupakan hasil interpretasi; (4) menempatkan pembelajaran berpusat pada siswa dan penilaian yang mampu mencerminkan berpikir divergen siswa.
            Urutan-urutan mengajar konstruktivistik melibatkan suatu periode di mana pengetahuan awal para siswa didiskusikan secara eksplisit. Dalam diskusi kelas yang menyerupai negosiasi, guru memperkenalkan konsepsi untuk dipelajari dan mengembangkannya. Strategi konflik kognitif cenderung memainkan peranan utama ketika pengetahuan awal para siswa diperbandingkan dengan konsepsi yang diperlihatkan oleh guru.Untuk maksud tersebut, pemberdayaan pengetahuan awal para siswa sebelum pembelajaran adalah salah satu langkah yang efektif dalam pembelajaran konstruktivistik.
            Secara lebih spesifik, peranan guru dalam pembelajaran adalah sebagai expert learners, sebagai manager, dan sebagai mediator.Sebagai expert learners, guru diharapkan memiliki pemahaman mendalam tentang materi pembelajaran, menyediakan waktu yang cukup untuk siswa, menyediakan masalah dan alternatif solusi, memonitor proses belajar dan pembelajaran, merubah strategi ketika siswa sulit mencapai tujuan, berusaha mencapai tujuan kognitif, metakognitif, afektif, dan psikomotor siswa.
            Sebagai manager, guru berkewajiban memonitor hasil belajar para siswa dan masalahmasalah yang dihadapi mereka, memonitor disiplin kelas dan hubungan interpersonal, dan memonitor ketepatan penggunaan waktu dalam menyelesaikan tugas. Dalam hal ini, guru berperan sebagai expert teacher yang memberi keputusan mengenai isi, menseleksi prosesproses kognitif untuk mengaktifkan pengetahuan awal dan pengelompokan siswa.
            Sebagai mediator, guru memandu mengetengahi antar siswa, membantu para siswa memformulasikan pertanyaan atau mengkonstruksi representasi visual dari suatu masalah, memandu para siswa mengembangkan sikap positif terhadap belajar, pemusatan perhatian, mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan awal, dan menjelaskan bagaimana mengaitkan gagasan-gagasan para siswa, pemodelan proses berpikir dengan menunjukkan kepada siswa ikut berpikir kritis.

            Terkait dengan desain pembelajaran, peran guru adalah mengkreasi dan memahami model-model pembelajaran inovatif. Gunter et al (1990:67) mendefinisikan an instructional model is a step-by-step procedure that leads to specific learning outcomes. Joyce & Weil (1980) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi model pembelajaran cenderung preskriptif, yang relatif sulit dibedakan dengan strategi pembelajaran.
            Selain memperhatikan rasional teoretik, tujuan, dan hasil yang ingin dicapai, model pembelajaran memiliki lima unsur dasar (Joyce & Weil (1980), yaitu
(1) syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran,
(2) social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran,
(3) principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa,
(4) support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan
(5) instructional dan nurturant effects—hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effects) dan hasil belajar di luar yang disasar (nurturant effects).

            PAIKEM
            Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Evektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) adalah merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan multi metode, multi media dan melibatkan multi aspek (logika, praktika, estetika, dan etika). Oleh sebab itu dalam proses pembelajarannya dapat memanfaatkan lingkungan sekitar, sehingga proses pembelajarannya tidak hanya dilakukan di dalam kelas melainkan dapat juga di luar kelas (Depdiknas: 2006).
            Dalam praktiknya proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PAIKEM mengacu kepada prinsip “joyful learning, mastery learning, quantum learning, empowering dan  continuous improvement”. Untuk mencapai prinsip tersebut guru harus mendesain proses pembelajarannya mengacu kepada kebutuhan pelanggan. Fungsi guru dalam pembelajaran menganut sistem “Tut wuri handayani, Ing madya mangun karso, Ing ngarso sung tulodo”.
            Dengan prinsip joyful learning guru harus mampu mengemas proses pembelajaran semenarik mungkin bagi para siswanya, sehingga siswa selalu bergairah dalam mengikuti pembelajaran yang disampaikan oleh gurunya. Prinsip  mastery learning,  menuntut guru sedini mungkin mengetahui sudah sejauh mana siswa telah menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Dengan kata lain siswa dituntut untuk mencapai ketuntasan belajar. Oleh sebab itu jika dalam situasi tertentu siswa belum mencapai standar ketuntasan belajar yang telah ditetapkan oleh sekolah, maka guru harus segera melakukan tindak lanjut, yaitu melakukan kegiatan remidial
       Prinsip pembelajaran inovatif
Beberapa prinsip pembelajaran inovatif:
  1. Berpusat Pada Siswa
  2. Berbasis Masalah
  3. Terintegrasi
  4. Berbasis Masyarakat
  5. Memberikan Pilihan
  6. Tersistem
  7. Berkelanjutan
       Model-model Pembelajaran Inovatif
A. Model Pembelajaran Kontekstual
1)    Konstruktivisme
            Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognisi siswa berdasarkan pengalaman.Menurut konstruktivisme,pengalaman itu memang bersala dari luar,akan tetapi dikontruksi oleh dan dari dalam diri seseorang.

2)     Inkuiri
            Asas kedua dalam pembelajaran kontekstual adalah inkuiri.Artinya,proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat,akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri.
3)     Bertanya
            Dalam proses pembelajaran CTL guru tidak menyampaikan informasi begitu saja,akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri.Karena itu peran bertanya sangat penting,sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbng dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.

4)      Masyarakat belajar
            Dalam CTL penerapan masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar.Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen baik dilihat dari kemampuan belajar dan kecepatan belajarnya.
5)     Pemodelan
            Yang dimaksud dengan asas pemodelan, adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
6)     Refleksi
            Melalui refleksi pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognisi siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang telah dibentuknya.
7)      Penilaian nyata
Penilaian nyata (authentic assesement ) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak.apakah pengetahuan belajar siswa mempunyai pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.

B.      Model Pembelajaran Kooperatif
            Menurut Kagan (1994) pembelajaran kooperatif adalah strategi pengajaran yang sukses di mana tim kecil, masing-masing dengan siswa dari tingkat kemampuan yang berbeda, menggunakan berbagai aktivitas belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang suatu subjek. Setiap anggota tim bertanggung jawab tidak hanya untuk belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan belajar, sehingga menciptakan suasana prestasi bersama-sama.
Pembelajaran kooperatif di desain sebagai pola pembelajaran yang dibangun oleh lima elemen penting sebagai prasyarat, sebagai berikut:
1)      Saling ketergantungan secara positif  (Positive Interdependence).  Bahwasanya setiap anggota tim saling membutuhkan untuk sukses.
2)      Interaksi langsung  (Face-to-Face Interaction). Memberikan kesempatan kepada siswa secara individual untuk saling membantu dalam memecahkan masalah, memberikan umpan balik yang diperlukan antar anggota untuk semua individu, dan mewujudkan rasa hormat, perhatian, dan dorongan di antara individu-individu sehinga mereka termotivasi untuk terus bekerja pada tugas yang dihadapi.
3)      Tanggung jawab individu dan kelompok (Individual & Group Accountability). Bahwasanya tujuan belajar bersama adalah untuk menguatkan kemampuan akademis siswa, sehingga kontribusi siswa harus adil.
4)      Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil (Interpersonal & small-Group Skills). Asumsi bahwa siswa akan secara aktif mendengarkan, menjadi hormat dan perhatian, berkomunikasi secara efektif, dan dapat dipercaya tidak selalu benar.. Keterampilan sosial harus mengajarkan kepemimpinan, pengambilan keputusan, membangun kepercayaan, komunikasi, keterampilan manajemen konflik.
5)      Proses kerja kelompok (group processing). Proses kerja kelompok memberikan umpan balik kepada anggota kelompok tentang partisipasi mereka, memberikan kesempatan untuk meningkatkan keterampilan pembelajaran kolaboratif anggota, membantu untuk mempertahankan hubungan kerja yang baik antara anggota, dan menyediakan sarana untuk merayakan keberhasilan kelompok. 
Metode dalam pembelajaran kooperatif:
1)      Metode Student Achievement Divisions (STAD)
2)      Metode Jigsaw
3)      Metode Group Investigation (GI)
4)      Metode Struktural

c.    Metode Pembelajaran Kuantum
Pembelajaran kuantum bermakna interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya karena semua energi adalah kehidupan dan dalam proses pembelajarannya mengandung keberagaman dan interdeterminisme.
Secara umum, Quantum Teaching (pembelajaran kuantum) mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1)      Berpangkal pada psikologi kognitif.
2)      Bersifat humanistik, manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatian.
3)      Bersifat konstruktivistis, artinya memadukan, menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran.
4)      Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna.
5)      Menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.
6)      Menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran.
7)      Menekankan kebermaknaan dan dan kebermutuan proses pembelajaran.
8)      Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran.
9)      Menyeimbangkan keterampilan akademis, keterampilan hidup dan prestasi material.
10)  Menanamkan nilai dan keyakinan yang positif dalam diri pembelajar.
11)  Mengutamakan keberagaman dan kebebasan sebagai kunci interaks.
12)  Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses

Prinsip dasar yang terdapat dalam pembelajaran Quantum adalah:
1)      Bawalah dunia mereka (siswa) ke dalam dunia kita (guru), dan antarkan dunia kita (guru ke dalam dunia mereka (siswa).
2)      Proses pembelajaran bagaikan orkestra simfoni, yang secara spesifik dapat dijabarkan sebagai berikut:
a)      Segalanya dari lingkungan.
b)      Segalanya bertujuan.
c)      Pengalaman mendahului pemberian nama.
d)     Akuilah setiap usaha.
3)      Pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan. Ada delapan kunci keunggulan dalam pembelajaran kuantum yaitu:
a)      terapkan hidup dalam integritas, sehingga akan meningkatkan motivasi belajar.
b)      akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan
c)      berbicaralah dengan niat baik
d)     tegaslah komitmen.
e)      jadilah pemilik, mengandung arti bahwa siswa dan guru memiliki rasa tanggung jawab sehingga terjadi pembelajaran yang bermakna dan bermutu.
f)       tetaplah lentur.
g)      Pertahankan keseimbangan
d.      Model Pembelajaran Terpadu
Prinsip-prinsip pembelajaran terpadu antara lain:
1)      Prinsip penggalian tema
a)      Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan memadukan banyak bidang studi.
b)      Tema harus bermakna artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya.
c)      Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak
d)     Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak
e)      Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan penstiwa-peristiwa otentik yang terjadi dalam rentang waktu belajar
f)       Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku, serta harapan dari masyarakat
g)      Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
2)      Prinsip pelaksanaan terpadu:
a)      guru hendaknya jangan menjadi “single actor “ yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar
b)       pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas  yang menuntut adanya kerjasarna kelompok
c)      guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam proses perencanaan.
3)      Prinsip evaluatif adalah :
            a)      memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk evaluasi lainnya
            b)      guru perlu mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang telah disepakati dalam kontrak.
3)      Prinsip reaksi, dampak pengiring (nuturan efek) yang penting  bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap reaksi siswa dalam semua “event“ yang tidak diarahkan ke aspek yang sempit tetapi ke suatu kesatuan utuh dan bermakna.

e.       Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
            Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan metode pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Metode ini juga berfokus pada keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Peserta didik tidak lagi diberikan materi belajar secara satu arah seperti pada metode pembelajaran konvensional. Dengan metode ini, diharapkan peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan mereka secara mandiri. PBL juga memberi kesempatan peserta didik untuk mempelajari teori melalui praktek. Peserta didik bukan hanya perlu mencari konklusi tetapi juga perlu menganalisis data.
            Dalam melaksanakan proses pembelajaran PBM ini, Bridges (1992) dan Charlin (1998) telah menggariskan beberapa ciri-ciri utama seperti berikut:
1)      Pembelajaran berpusat dengan masalah.
2)      Masalah yang digunakan merupakan masalah dunia sebenarnya yang mungkin akan dihadapi oleh siswa dalam kerja profesional mereka di masa depan.
3)      Pengetahuan yang diharapkan dicapai oleh siswa saat proses pembelajaran disusun berdasarkan masalah.
4)      Para siswa bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran mereka sendiri.
5)      Siswa aktif dengan proses bersama.
6)      Pengetahuan menyokong pengetahuan yang baru.
7)      Pengetahuan diperoleh dalam konteks yang bermakna.
8)      Siswa berpeluang untuk meningkatkan serta mengorganisasikan pengetahuan.
9)      Kebanyakan pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok kecil.

3.      Aplikasi Model Kuantum dalam Penyampaian Materi Pembelajaran
Contoh skenario TANDUR Model Pembelajaran Kuantum
Tema : Pelajaran IPS materi negara-negara Asia Tenggara
a.       Kegiatan Pendahuluan
1)      Melakukan apersepsi dengan menyajikan peta Asia Tenggara
2)      Menunjukkan letak dan nama Negara-negara di Asia Tenggara
3)      Pertanyaan tentang negara-negara di Asia Tenggara
4)      Penjelasan tentang tujuan dan cara pembelajaran yang akan dilaksanakan
b.      Kegiatan Inti
1)      Penugasan kepada siswa untuk membaca tentang identitas negara-negara di Asia Tenggara (misal: ibu kota, lagu kebangsaan, bendera, dan lain-lain)
2)      Demonstrasi tentang negara-negara di Asia Tenggara menggunakan gambar visual oleh guru.
3)      Beberapa siswa mencoba memberikan contoh dan menyebutkan identitas negara-negara di Asia Tenggara.
4)      Pemberian tugas secara kelompok kepada siswa melakukan analisis negara-negara di Asia Tenggara.
5)      Presentasi hasil tugas siswa secara bergantian dalam diskusi kelas.
6)      Penyampaian tanggapan oleh kelompok lain.
c.       Kegiatan Penutup
1)      Penyampaian tanggapan, penguatan dan perayaan terhadap hasil kerja siswa.
2)      Post test berupa tugas analisis data geografis negara-negara di Asia Tenggara baik berupa perorangan maupun kelompok.

4.      Kelebihan dan Kekurangan Model-model Pembelajaran Inovatif
a.       Model Pembelajaran Kontekstual
            1)      Kelebihan
            a)      Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat                    menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata.
            b)      Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada    siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang            siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri.
            2)      Kekurangan
            a)      Guru lebih intensif dalam membimbing karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi      berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim         yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa.
            b)      Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan       sendiri ide – ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan             strategi – strategi mereka sendiri untuk belajar.
b.      Model Pembelajaran Kooperatif
            1)      Kelebihan
            a)      Saling ketergantungan yang positif
            b)      Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu
            c)      Siswa dilibatkan daiam perencanaan dan pengelolaan kelas
            d)     Suasana kelas yang rileks dan menyenanakan
            e)      Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru
            f)       Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang            menyenangkan.
            2)      Kekurangan
            a)      Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan   lebih banyak tenaga, pemikran dan waktu
            b)      Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas,           alat dan biaya yang cukup memadai
            c)      Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan          yang sedang dibahas meluas.
            d)     Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang,
c.       Model Pembelajaran Kuantum
            1)      Kelebihan
            a)      Membiasakan siswa untuk melatih aktivitas kreatifnya sehingga siswa dapat     menciptakan suatu produk kreatif yang dapat bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.
            b)      Emosi sangat diperlukan untuk menciptakan motivasi belajar yang tinggi.
            c)      Suasana yang diciptakan kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling             menghargai
            d)     Setiap pedapat siswa sangat dihargai
            e)      Proses belajarnya berjalan sangat komunikatif
            2)      Kekurangan
            a)       Penggunaan waktu dalam pembelajaran membutuhkan banyak.
            b)      Tidak semua guru dapat menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif,   partisipatif, dan saling menghargai
            c)      Berlebihan memberi reward pada siswa

d.      Model Pembelajaran Terpadu
            1)      Kelebihan
            a)      Materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak dengan mudah memahami sekaligus melakukannya.
            b)      Siswa juga dengan mudah dapat mengaitkan hubungan materi pelajaran di mata           pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya.
            c)      Dengan bekerja dalam kelompok, siswa juga dapat mengembangkan kemampuan        belajarnya dalam aspek afektif dan psikomotorik, selain aspek kognitif.
            d)     Pembelajaran terpadu mengakomodir jenis kecerdasan siswa.
            e)      Dengan pendekatan pembelajaran terpadu guru dapat dengan mudah menggunakan     belajar siswa aktif sebagai metode pembelajaran.
            2)      Kekurangan
            a)      Aspek Guru: Guru harus berwawasan luas,  memiliki kreativitas tinggi, keterampilan    metodologis yang handal,  rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan        mengembangkan materi.
            b)      Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik           yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya.
            c)      Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan   bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet.
            d)     Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan     pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi
            e)      Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh             (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang   kajian terkait yang dipadukan
            f)       Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah           satu bidang kajian dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain.

e.       Model Pembelajaran Berbasis Masalah
            1)      Kelebihan
            a)      membuat siswa lebih aktif
            b)      dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan permasalahan dalam         kehidupan sehari-hari
            c)      menimbulkan ide-ide baru
            d)     dapat meningkatkan keakraban dan kerjasama
            e)      pembelajaran ini membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan           kehidupan.
            2)      Kekurangan
            a)      model pembelajaran problem based learning biasa dilakukan secara berkelompok       membuat siswa yang malas semakin malas
            b)      siswa merasa guru tidak pernah menjelaskan karena model pembelajaran ini menuntut            siswa yang lebih aktif
            c)      membutuhkan banyak waktu dan pendanaan
            d)     sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru untuk menentukan suatu          masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir anak
            e)      pembelajaran berdasarkan masalah memerlukan berbagai sumber untuk memecahkan             masalah, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.






















BAB 3
- Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi.
- Inovatif adalah Usaha seseorang dengan mendayagunakan pemikiran, kemampuan imajinasi, berbagai stimulan, dan individu yang mengelilinginya dalam menghasilkan produk baru, baik bagi dirinya sendiri ataupun lingkungannya."
-Pembelajaran Inovatif adalah proses belajar mengajar antar siswa dan guru dengan cara baru yang unik yang mampu menghasilkan metode belajar yang lebih efektif dan menyenangkan.
- Beberapa prinsip pembelajaran inovatif:
  1. Berpusat Pada Siswa
  2. Berbasis Masalah
  3. Terintegrasi
  4. Berbasis Masyarakat
  5. Memberikan Pilihan
  6. Tersistem
  7. Berkelanjutan.
- Model-model Pembelajaran Inovatif
            1)    Konstruktivisme
            Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognisi siswa berdasarkan pengalaman.
            2)     Inkuiri
            Asas kedua dalam pembelajaran kontekstual adalah inkuiri.Artinya,proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.
            3)     Bertanya
            Dalam proses pembelajaran CTL guru tidak menyampaikan informasi begitu saja,akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri.
            4)      Masyarakat belajar
            Dalam CTL penerapan masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar.
            5)     Pemodelan
            Yang dimaksud dengan asas pemodelan, adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
            6)     Refleksi
           
            Melalui refleksi pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognisi siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang telah dibentuknya.
            7)      Penilaian nyata
            Penilaian nyata (authentic assesement ) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa

- pembelajaran inovatif sangat penting bagi siswa zaman sekarang karna siswa dizaman sekarang kalau metode belajarnya seperti dizaman dulu akan cepat bosan. Jadi diperlukan metode belajar yang lebih efektif dan inovatif agar mampu merangsang minat belajar siswa.



















Daftar Pustaka
Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidian. Rawamangun: Prenada Media grup
                    Syaefudin Sa’ud Udin.2012. Inovasi Pendidikan Alfabeta: Bandung.
                  Mudjiono dan Dimyati. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta.. Jakarta.
                  Kamus Besar Bahasa Indonesia.
                Aristha Serenade, 2011. Teori Belajar Dan Model Pembelajaran,                 http://aristhaserenade.blogspot.co.id/2011/01/teori-belajar-dan-model-pembelajaran.html
                Aina Mulyana, 2015. Model Pembelajaran Inovatif,      http://ainamulyana.blogspot.co.id/2015/09/model-model-pembelajaran-inovatif-dan.html

No comments:

Post a Comment