Sejarah lengkap KERAJAAN TARUMANEGARA
Indonesia merupakan negara dengan sejarah yang
panjang, dan salah satu sejarah panjang yang tercatat dalam sejarah adalah
sejarah mengenai kerajaan-kerajaan. baik itu kerajaan Hindu-Budha maupun
kerajaan islam yang turut meramaikan catatan sejarah masa lalu. dan salah satu
sejarah kerajaan Hindu-Budha yang tercatat adalah kerajaan Tarumanegara, yang
sebagaimana akan saya jelaskan dibawah ini.
PENGANTAR :
Kerajaan Tarumanegara adalah salah satu kerajaan
tertua di Indonesia (kedua setelah Kerajaan Kutai) dan kerajaan tertua di Jawa
Barat (sunda) yang meninggalkan catatan sejarah. Tarumanegara berkuasa dari
abad ke 4 sampai abad ke 7 Masehi. Dari catatan sejarah dan artefak yang
ditinggalkan. Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan yang beralirkan Hindu.
Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru
Jayasingawarman pada tahun 358 M (naskah wangsakerta). Kerajaan Tarumanegara
merupakan kelanjutan dari kerajaan Salakanegara (130-362 M). Pada saat
berdirinya kerajaan Tarumanegara,ibukota kerajaan berpindah dari Rajatapura
(ibukota Salakanegara) ke Tarumanegara. Salakanegara menjadi kerajaan daerah.
LETAK :
Kerajaan Tarumanegara terletak di daerah kerajaan
Salakanegara tepatnya di daerah Banten dan Bogor (Jawa Barat) yang beribukota
di Sundapura (Purnawarman 397M). Wilayah kekuasaan Tarumanegara menurut
prasasti Tugu (417 M) meliputi daerah Banten,Jakarta,Bogor dan Cirebon.
NAMA RAJA-RAJA YANG MEMERINTAH :
Jayasingawarman (358-382 M)
Jayasingawarman adalah pendiri Kerajaan
Tarumanagara yang memerintah antara 358 – 382. Ia adalah seorang maharesi dari
Salankayana di India yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan
ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Magada. Ia adalah menantu Raja
Dewawarman VIII dan dipusarakan di tepi kali Gomati (Bekasi).
Pada masa kekuasaannya, pusat pemerintahan beralih
dari Rajatapura ke Tarumangara. RAJATAPURA atau SALAKANEGARA (kota Perak), yang
disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150, terletak di daerah Teluk Lada,
Pandeglang. Kota ini sampai tahun 362 menjadi pusat pemerintahan raja-raja
Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII).
Dharmayawarman (382-395 M)
Dharmayawarman adalah raja kedua Kerajaan Tarumanagara
yang memerintah antara 382 – 395. Ia adalah anak dari Jayasingawarman. Ia
dipusarakan di tepi kali Candrabaga. Namanya hanya tercantum dalam Naskah
Wangsakerta.
Purnawarman (395-434 M)
Purnawarman (Purnavarmman) adalah raja yang tertera
pada beberapa prasasti pada abad V. Ia menjadi raja di Kerajaan Tarumanagara.
Ia mengidentifikasikan dirinya dengan Wisnu.
Di Naskah Wangsakerta, Purnawarman adalah raja ketiga Kerajaan
Tarumanagara yang memerintah antara 395 – 434. Ia membangun ibu kota kerajaan
baru dalam tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai dan dinamainya
"Sundapura". Nama Sunda mulai digunakan oleh Maharaja Purnawarman
dalam tahun 397 untuk menyebut ibu kota kerajaan yang didirikannya.
Di naskah Wangsakerta juga disebutkan bahwa di bawah
kekuasaan Purnawarman terdapat 48 raja daerah yang membentang dari Salakanagara
atau Rajatapura (di daerah Teluk Lada, Pandeglang) sampai ke Purwalingga
(sekarang Purbalingga) di Jawa Tengah. [1] Secara tradisional Cipamali (Kali
Brebes) memang dianggap batas kekuasaan raja-raja penguasa Jawa Barat pada masa
silam.
Wisnuwarman (434-455 M)
Indrawarman (455-515 M)
Candrawarman (515-535 M)
Suryawarman (535-561 M)
Suryawarman (meninggal 561) ialah raja Kerajaan
Tarumanagara yang ketujuh. Setelah ayahnya Candrawarman yang meninggal pada
tahun 535 dan memerintah selama 26 tahun antara tahun-tahun 535 - 561.
Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan politik
ayahnya yang memberikan kepercayaan lebih banyak kepada raja daerah untuk
mengurus pemerintahan sendiri, melainkan juga mengalihkan perhatiannya ke
daerah bagian timur. Pada tahun 526 M, misalnya, Manikmaya, menantu
Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan, daerah Nagreg antara Bandung
dan Limbangan, Garut.
Putera tokoh Manikmaya ini tinggal bersama kakeknya di
Ibukota Tarumangara dan kemudian menjadi Panglima Angkatan Perang Tarumanagara.
Perkembangan daerah timur menjadi lebih berkembang
ketika cicit Manikmaya mendirikan Kerajaan Galuh pada tahun 612 M.
Kertawarman (561-628 M)
Sudhawarman (628-639 M)
Hariwangsawarman (639-640 M)
Nagajayawarman (640-666 M)
Linggawarman (666-669 M)
Dalam Naskah Wangsakerta, Linggawarman adalah
raja terakhir Tarumanagara. Pada tahun 669, Linggawarman digantikan menantunya,
Tarusbawa.
Linggawarman memunyai dua orang puteri, yang sulung
bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dan yang kedua bernama Sobakancana
menjadi isteri Dapunta Hyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya.
Tarusbawa yang berasal dari Kerajaan Sunda Sambawa
menggantikan mertuanya menjadi penguasa Tarumanagara yang ke-13. Karena pamor
Tarumanagara pada zamannya sudah sangat menurun, ia ingin mengembalikan
keharuman zaman Purnawarman yang berkedudukan di purasaba (ibukota) Sundapura.
Dalam tahun 670 ia mengganti nama Tarumanagara menjadi
Kerajaan Sunda.
Peristiwa ini dijadikan alasan oleh Wretikandayun,
cicit Manikmaya, pendiri Kerajaan Galuh, untuk memisahkan negaranya dari
kekuasaan Tarusbawa
Tarusbawa (669-723 M)
No.
|
Nama Situs
|
Artepak
|
Keterangan
|
1
|
Kampung Muara
|
Menhir (3)
|
|
Batu dakon (2)
|
|||
Arca batu tidak berkepala
|
|||
Struktur Batu kali
|
|||
Kuburan (tua)
|
|||
2
|
Ciampea
|
Arca gajah (batu)
|
Rusak berat
|
3
|
Gunung Cibodas
|
Arca
|
Terbuat dari batu kapur
|
3 arca duduk
|
|||
arca raksasa
|
|||
arca (?)
|
Fragmen
|
||
Arca dewa
|
|||
Arca dwarapala
|
|||
Arca brahma
|
Duduk diatas angsa
(Wahana Hamsa) dilengkapi padmasana |
||
Arca (berdiri)
|
Fragmen kaki dan lapik
|
||
(Kartikeya?)
|
|||
Arca singa (perunggu)
|
Mus.Nas.no.771
|
||
4
|
Tanjung Barat
|
Arca siwa (duduk) perunggu
|
Mus.Nas.no.514a
|
5
|
Tanjungpriok
|
Arca Durga-Kali Batu granit
|
Mus.Nas. no.296a
|
6
|
Tidak diketahui
|
Arca Rajaresi
|
Mus.Nas.no.6363
|
7
|
Cilincing
|
sejumlah besar pecahan
|
settlement pattern
|
8
|
Buni
|
perhiasan emas dalam periuk
|
settlement pattern
|
Tempayan
|
|||
Beliung
|
|||
Logam perunggu
|
|||
Logam besi
|
|||
Gelang kaca
|
|||
Manik-manik batu dan kaca
|
|||
Tulang belulang manusia
|
|||
Sejumlah besar gerabah bentuk wadah
|
|||
9
|
Unur (hunyur) sruktur bata
|
Percandian
|
|
Segaran I
|
|||
Segaran II
|
|||
Segaran III
|
|||
Segaran IV
|
|||
Segaran V
|
|||
Segaran VI
|
|||
Talagajaya I
|
|||
Talagajaya II
|
|||
Talagajaya III
|
|||
Talagajaya IV
|
|||
Talagajaya V
|
|||
Talagajaya VI
|
|||
Talagajaya VII
|
|||
10
|
Cibuaya
|
Arca Wisnu I
|
|
Arca Wisnu II
|
|||
Arca Wisnu III
|
|||
Lmah Duwur Wadon
|
Candi I
|
||
Lmah Duwur Lanang
|
Candi II
|
||
Pipisan batu
|
Tarusbawa yang berasal dari Kerajaan Sunda Sambawa
menggantikan mertuanya menjadi penguasa Tarumanagara yang ke-13. Karena pamor
Tarumanagara pada zamannya sudah sangat menurun, ia ingin mengembalikan
keharuman zaman Purnawarman yang berkedudukan di purasaba (ibukota) Sundapura.
Dalam tahun 670 ia mengganti nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda.
Peristiwa ini dijadikan alasan oleh Wretikandayun, cicit Manikmaya, untuk
memisahkan Kerajaan Galuh dari kekuasaan Tarusbawa. Karena Putera Mahkota Galuh
(SENA or SANNA) berjodoh dengan Sanaha puteri Maharani Sima dari Kerajaan
Kalingga, Jepara, Jawa Tengah, maka dengan dukungan Kalingga, Wretikandayun
menuntut kepada Tarusbawa supaya bekas kawasan Tarumanagara dipecah dua. Dalam
posisi lemah dan ingin menghindarkan perang saudara, Tarusbawa menerima
tuntutan Galuh. Dalam tahun 670 M Kawasan Tarumanagara dipecah menjadi dua
kerajaan, yaitu: Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Citarum sebagai
batas.
PENINGGALAN SEJARAH :
Bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara diketahui
melalui sumber-sumber yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Sumber dari
dalam negeri berupa prasasti batu yang ditemukan, sedangkan dari luar negeri
berasala dari catatan kerajaan cina.
1. Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M (H Kern
1917), ditemukan di perkebunan kopi milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor. Dalam
prasasti ini terdapat lukisan kaki gajah yang melambangkan Airawata yaitu gajah
tunggangan Wisnu.Prasasti Telapak Gajah bergambar sepasang telapak kaki gajah
yang diberi keterangan satu baris berbentuk puisi berbunyi:
jayavi s halasya tarumendrsaya hastinah airavatabhasya
vibhatidam padadavayam
Terjemahannya:
Kedua jejak telapak kaki adalah jejak kaki gajah yang
cemerlang seperti Airawata kepunyaan penguasa Tarumanagara yang jaya dan
berkuasa.
Menurut mitologi Hindu, Airawata adalah nama gajah
tunggangan Batara Indra dewa perang dan penguawa Guntur. Menurut Pustaka
Parawatwan i Bhumi Jawadwipa parwa I, sarga 1, gajah perang Purnawarman diberi
nama Airawata seperti nama gajah tunggangan Indra. Bahkan diberitakan juga,
bendera Kerajaan Tarumanagara berlukiskan rangkaian bunga teratai di atas
kepala gajah. Demikian pula mahkota yang dikenakan Purnawarman berukiran
sepasang lebah.
Ukiran bendera dan sepasang lebah itu dengan jelas
ditatahkan pada prasasti Ciaruteun yang telah memancing perdebatan mengasyikkan
di antara para ahli sejarah mengenai makna dan nilai perlambangannya. Ukiran
kepala gajah bermahkota teratai ini oleh para ahli diduga sebagai "huruf
ikal" yang masih belum terpecahkan bacaaanya sampai sekarang. Demikian
pula tentang ukiran sepasang tanda di depan telapak kaki ada yang menduganya
sebagai lambang labah-labah, matahari kembar atau kombinasi surya-candra
(matahari dan bulan). Keterangan pustaka dari Cirebon tentang bendera Taruma
dan ukiran sepasang "bhramara" (lebah) sebagai cap pada mahkota
Purnawarman dalam segala "kemudaan" nilainya sebagai sumber sejarah
harus diakui kecocokannya dengan lukisan yang terdapat pada prasasti Ciaruteun.
2. Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa
Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi,(kec Cilingcing,Jakarta Utara)
sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti tersebut isinya menerangkan
penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati
oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian sungai
tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang
sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi
pada musim kemarau.
Prasasti Tugu lebih jelasnya menerangkan :
1) Prasasti Tugu menyebutkan nama dua buah sungai yang
terkenal di Punjab yaitu sungai Chandrabaga dan Gomati. Dengan adanya
keterangan dua buah sungai tersebut menimbulkan tafsiran dari para sarjana
salah satunya menurut Poerbatjaraka. Sehingga secara Etimologi (ilmu yang
mempelajari tentang istilah) sungai Chandrabaga diartikan sebagai kali Bekasi.
2) Prasasti Tugu juga menyebutkan anasir penanggalan
walaupun tidak lengkap dengan angka tahunnya yang disebutkan adalah bulan
phalguna dan caitra yang diduga sama dengan bulan Februari dan April.
3) Prasasti Tugu yang menyebutkan dilaksanakannya
upacara selamatan oleh Brahmana disertai dengan seribu ekor sapi yang
dihadiahkan raja.
3.Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul atau prasasti lebak
ditemukan di aliran Sungai Cidanghiang yang mengalir
di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten tahun 1947
berbahasa sansekerta, berisi pujian kepada Raja Purnawarman.
4.Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor
Prasasti Ciaruteun ditemukan pada aliran Ci Aruteun,
seratus meter dari pertemuan sungai tersebut dengan Ci Sadane; namun pada tahun
1981 diangkat dan diletakkan di dalam cungkup. Prasasti ini peninggalan
Purnawarman, beraksara Palawa, berbahasa Sanskerta. Isinya adalah puisi empat
baris, yang berbunyi:
vikkrantasyavanipateh shrimatah purnavarmmanah
tarumanagararendrasya vishnoriva padadvayam
Terjemahannya menurut Vogel:
Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki)
Wisnu ini kepunyaan raja dunia yang gagah berani yang termashur Purnawarman
penguasa Tarumanagara.
Selain itu, ada pula gambar sepasang
"padatala" (telapak kaki), yang menunjukkan tanda kekuasaan
&mdash& fungsinya seperti "tanda tangan" pada zaman sekarang.
Kehadiran prasasti Purnawarman di kampung itu menunjukkan bahwa daerah itu
termasuk kawasan kekuasaannya. Menurut Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara
parwa II, sarga 3, halaman 161, di antara bawahan Tarumanagara pada masa
pemerintahan Purnawarman terdapat nama "Rajamandala" (raja daerah)
Pasir Muhara.
Salinan gambar prasasti Ciaruteun dari buku The Sunda
Kingdom of West Java From Tarumanagara to Pakuan Pajajaran with the Royal
Center of Bogor.
Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan
ditepi sungai Ciarunteun, dekat muara sungai Cisadane Bogor prasasti tersebut
menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta yang terdiri dari 4 baris
disusun ke dalam bentuk Sloka dengan metrum Anustubh. Di samping itu terdapat
lukisan semacam laba-laba serta sepasang telapak kaki Raja Purnawarman.
Gambar telapak kaki pada prasasti Ciarunteun mempunyai
2 arti yaitu:
1. Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas
daerah tersebut (tempat ditemukannya prasasti tersebut).
2. Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan dan
eksistensi seseorang (biasanya penguasa) sekaligus penghormatan sebagai dewa.
Hal ini berarti menegaskan kedudukan Purnawarman yang diibaratkan dewa Wisnu
maka dianggap sebagai penguasa sekaligus pelindung rakyat
5.Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor
Prasasti Muara Cianten terletak di tepi(sungai)
Cisadane dekat Muara Cianten yang dahulu dikenal dengan sebutan prasasti Pasir
Muara (Pasiran Muara) karena memang masuk ke wilayah kampung
Pasirmuara.Ditemukan di Bogor ditulis dalam aksara iklal yang belum dapat
dibaca. Disamping tulisan terdapat lukisan telapak kaki.
6.Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor
Di daerah Bogor, masih ada satu lagi prasasti lainnya
yaitu prasasti batu peninggalan Tarumanagara yang terletak di puncak Bukit
Koleangkak, Desa Pasir Gintung, Kecamatan Leuwiliang. Pada bukit ini mengalir
(sungai) Cikasungka. Prasasti inipun berukiran sepasang telapak kaki dan diberi
keterangan berbentuk puisi dua baris:
shriman data kertajnyo narapatir - asamo yah pura
tarumayam nama shri purnnavarmma pracurarupucara fedyavikyatavammo tasyedam -
padavimbadavyam arnagarotsadane nitya-dksham bhaktanam yangdripanam - bhavati
sukhahakaram shalyabhutam ripunam.
Terjemahannya menurut
Vogel:
Yang termashur serta setia kepada tugasnya ialah raja
yang tiada taranya bernama Sri Purnawarman yang memerintah Taruma serta baju
perisainya tidak dapat ditembus oleh panah musuh-musuhnya; kepunyaannyalah
kedua jejak telapak kaki ini, yang selalu berhasil menghancurkan benteng musuh,
yang selalu menghadiahkan jamuan kehormatan (kepada mereka yang setia
kepadanya), tetapi merupakan duri bagi musuh-musuhnya.
7.Prasasti Pasir Awi, Citeureup, Bogor
Ditemukan didaerah leuwiliang,juga tertulis dalam aksara iklal yang belum
dapat dibaca. Prasasti Pasir Awi berpahatkan gambar dahan dengan ranting dan
dedaunan serta buah-buahan (bukan aksara) juga berpahatkan gambar sepasang
telapak kaki.
8. Prasasti Pasir Muara
Di Bogor, prasasti ditemukan di Pasir Muara, di tepi
sawah, tidak jauh dari prasasti Telapak Gajah peninggalan Purnawarman. Prasasti
itu kini tak berada ditempat asalnya. Dalam prasasti itu dituliskan :
ini sabdakalanda rakryan juru panga-mbat i kawihaji
panyca pasagi marsa-n desa barpulihkan haji su-nda
Terjemahannya menurut Bosch:
Ini tanda ucapan Rakryan Juru Pengambat dalam tahun
(Saka) kawihaji (8) panca (5) pasagi (4), pemerintahan begara dikembalikan
kepada raja Sunda.
Karena angka tahunnya bercorak "sangkala"
yang mengikuti ketentuan "angkanam vamato gatih" (angka dibaca dari
kanan), maka prasasti tersebut dibuat dalam tahun 458 Saka atau 536 Masehi.
Sumber berita dari luar negeri
Sumber-sumber dari luar negeri semuanya berasal dari
berita Tiongkok.
1. Berita Fa Hien, tahun 414M dalam bukunya yang
berjudul Fa Kao Chi menceritakan bahwa di Ye-po-ti ("Jawadwipa")
hanya sedikit dijumpai orang-orang yang beragama Buddha, yang banyak adalah
orang-orang yang beragama Hindu dan "beragama kotor" (maksudnya
animisme). Ye Po Ti selama ini sering dianggap sebutan Fa Hien untuk Jawadwipa,
tetapi ada pendapat lain yang mengajukan bahwa Ye-Po-Ti adalah Way Seputih di
Lampung, di daerah aliran way seputih (sungai seputih) ini ditemukan
bukti-bukti peninggalan kerajaan kuno berupa punden berundak dan lain-lain yang
sekarang terletak di taman purbakala Pugung Raharjo, meskipun saat ini Pugung
Raharjo terletak puluhan kilometer dari pantai tetapi tidak jauh dari situs
tersebut ditemukan batu-batu karang yg menunjukan daerah tersebut dulu adalah
daerah pantai persis penuturan Fa hien[rujukan?]
2. Berita Dinasti Sui, menceritakan bahwa tahun 528
dan 535 telah datang utusan dari To-lo-mo ("Taruma") yang terletak di
sebelah selatan.
3. Berita Dinasti Tang, juga menceritakan bahwa tahun
666 dan 669 telah datang utusan dari To-lo-mo.
Dari tiga berita di atas para ahli[siapa?]
menyimpulkan bahwa istilah To-lo-mo secara fonetis penyesuaian kata-katanya
sama dengan Tarumanegara.
Maka berdasarkan sumber-sumber yang telah dijelaskan
sebelumnya maka dapat diketahui beberapa aspek kehidupan tentang Taruma.
Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berkembang antara
tahun 400-600 M. Berdasarkan prasast-prasati tersebut diketahui raja yang
memerintah pada waktu itu adalah Purnawarman. Wilayah kekuasaan Purnawarman
menurut prasasti Tugu, meliputi hampir seluruh Jawa Barat yang membentang dari
Banten, Jakarta, Bogor dan Cirebon.
Candi Jiwa di situs Percandian Batujaya
KEHIDUPAN MASYARAKAT
-Kehidupan Politik
Raja Purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil
meningkatkan kehidupan rakyatnya. Hal ini dibuktikan dari prasasti Tugu yang
menyatakan raja Purnawarman telah memerintah untuk menggali sebuah kali.
Penggalian sebuah kali ini sangat besar artinya, karena pembuatan kali ini
merupakan pembuatan saluran irigasi untuk memperlancar pengairan sawah-sawah
pertanian rakyat.
-Kehidupan Ekonomi
Prasasti tugu menyatakan bahwavraja Purnawarman
memerintahkan rakyatnya untuk membuat sebuah terusan sepanjang 6122 tombak.
Pembangunan terusan ini mempunyai arti ekonomis yang besar nagi masyarakat,
Karena dapat dipergunakan sebagai sarana untuk mencegah banjir serta sarana
lalu-lintas pelayaran perdagangan antardaerah di Kerajaan Tarumanegara dengan
dunia luar. Juga perdagangan dengan daera-daerah di sekitarnya. Akibatnya,
kehidupan perekonomian masyarakat Kerajaan Tarumanegara sudah berjalan teratur.
-Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah teratur
rapi, hal ini terlihat dari upaya raja Purnawarman yang terus berusaha untuk
meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Raja Purnawarman juga sangat
memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap penting dalam melaksanakan
setiap upacara korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai tanda penghormatan
kepada para dewa.
-Kehidupan Budaya
Dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf dari prasasti-prasasti
yang ditemukan sebagai bukti kebesaran Kerajaan Tarumanegara, dapat diketahui
bahwa tingkat kebudayaan masyarakat pada saat itu sudah tinggi. Selain sebagai
peninggalan budaya, keberadaan prasasti-prasasti tersebut menunjukkan telah
berkembangnya kebudayaan tulis menulis di kerajaan Tarumanegara.
No comments:
Post a Comment